Majalah Bulanan Air Minum edisi 229 Oktober 2014, hal. 41

November 3, 2017

PDAM Tirtanadi Medan

Aplikasikan “Electrochlorination System”

Di hari ulang tahun (HUT) ke-109, PDAM Tirtanadi Medan membuat langkah yang patut diapresiasi. Sebuah teknologi ramah lingkungan, ramah biaya operasional, serta ramah terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja (operator) diaplikasikan di salah satu instalasi pengolahan air minumnya. 

Sejak Oktober 2014, IPA Hamparan Perak PDAM Tirtanadi Medan yang berkapasitas 200 liter per detik mulai mengaplikasikan sebuah teknologi yang dinamakan Electrochlorination System (ES). Teknologi asal Jerman ini adalah solusi penggunaan bahan desinfektan air minum dengan bahan baku garam (NaCl). Hebatnya, garam yang digunakan sebagai bahan desinfektan dengan teknologi ES bisa menggunakan berbagai jenis garam baik yang beriodium (garam rumah tangga) maupun non-iodium untuk keperluan industri.

Sebagaimana diketahui, bahan desinfektan yang umum diaplikasikan di PDAM adalah kaporit dan gas klorin (chlorine gas). Pemakaian kedua jenis bahan desinfektan ini mungkin hampir sama dengan usia PDAM itu sendiri. Akan tetapi, seiring perjalanan waktu, makin banyak insan PDAM yang mulai aware terhadap isu lingkungan dan keselamatan kerja para operator/penduduk. Salah satu yang aware tersebut adalah PDAM Tirtanadi Medan.

Di tanah air, PDAM Tirtanadi Medan adalah PDAM pertama yang menggunakan teknologi ES dengan kapasitas di atas 50 liter per detik. Sebelumnya, sejak teknologi ini diperkenalkan oleh PT Glory Citra Muda Perkasa di tahun 2012, sudah beberapa daerah/operator yang mengaplikasikannya namun dengan kapasitas di bawah 50 liter per detik. Daerah yang sudah mengaplikasikan sistem ini yakni Sidoarjo, Malang, Kediri, Madiun, Denpasar dan Kota Bandung.

PDAM Tirtanadi, menurut Kepala Divisi Produksi Ir. Heri B. Nasution, M.Psi., sudah sejak lama mencari alternatif desinfektan selain klorin dan kaporit. Seiring waktu, akhirnya manajemen memutuskan mengaplikasikan teknologi ES dimulai dari instalasi terkecil mereka di Hamparan Perak. “Saya sendiri sudah mengenal teknologi seperti ini sejak tugas belajar di Jepang tahun 1998. Bahan bakunya garam yang mereka proses sedemikian rupa dan menghasilkan desinfektan sodium hypochlorite (NaOCl). Itu mirip-mirip dengan teknologi ES ini,” terang Heri saat ditemui di kantornya, belum lama ini.

Dilanjutkan sosok yang juga insinyur kimia, keunggulan menggunakan teknologi ES sangat banyak, terutama dari sisi keamanan (safety) para pekerja dan terhadap lingkungan. Dengan menggunakan garam, para operator di lapangan tidak perlu khawatir terhadap risiko atau dampak kesehatan seperti pada penggunaan kaporit atau gas klorin. Selain keamanan, penggunaan garam yang murah dan mudah didapat tentunya bisa meningkatkan efisiensi. Bahkan untuk efisiensi biaya, Heri mengklaim bisa menghemat 30 hingga 50 persen dibanding menggunakan gas klorin.

Di samping itu, lanjut Heri, residual chlorine yang diharapkan di instalasi juga tercapai. Dengan menggunakan NaOCl penyesuaian untuk tingkat pH juga lebih gampang karena hampir tidak menurunkan pH dibanding penggunaan tawas atau alumunium sulfat. “Ketika alum dipakai sebagai koagulan  terjadi penurunan pH. Nah, pemakaian NaOCl membuat pH lebih bertahan. Artinya ada efisiensi di bahan kimia yang lain. Kebetulan untuk netralisasi air kita pakai kapur, ada juga yang memakai soda as. Pemakaian kapur itu nanti akan berkurang jadi ini termasuk efisiensi,” jelasnya.

Berkurangnya pemakaian kapur juga akan mengurangi efek timbulnya kerak dalam pipa dan reservoar sehingga mengurangi beban maintenance.  Di sisi lain, pengadaan bahan baku garam yang mudah dan murah juga sangat menguntungkan.Selama ini untuk desinfektan IPA Hamparan Perak kita menggunakan klorin. Nah, sering kita terkendala gas klorin di hari-hari besar nasional. Untuk menyetok klorin dalam jumlah banyak juga tidak mudah dan potensi bahaya yang mungkin timbul juga sangat besar,” katanya.

Direktur Perencanaan dan Produksi Ir. Tamsil Lubis sangat mendukung adanya penerapan teknologi canggih di lingkungan PDAM Tirtanadi. Ia berharap aplikasi teknologi ES akan berdampak positif bagi PDAM Tirtanadi. “Kita tidak bisa lepas dari teknologi maju. Jadi, jangan sampai kita ketinggalan dengan teknologi yang sangat besar manfaatnya, terutama dari sisi SDM, keakuratan dan lain-lain,” ujar Tamsil.

Ditegaskan, IPA Hamparan Perak adalah pilot project penerapan teknologi untuk meminimalisir penggunaan desinfektan yang bersumber dari gas klorin maupun kaporit. Pihak manajemen sangat mendukung penerapan teknologi maju dan ramah lingkungan di instalasi lainnya sepanjang pendanaan juga mendukung. “Kalau pendanaan siap saya yakin 100 persen bisa maju. Komitmen stakeholder, owner sangat besar untuk kemajuan PDAM. Intinya semua untuk pelayanan terbaik kepada pelanggan,” tuntasnya. Ahmad Zazili

Kabar Gembira Bagi Para Operator

Di negara-negara maju, penggunaan desinfektan air minum yang berbahan dasar gas klorin maupun kaporit sudah ditinggalkan. Pertimbangan utamanya karena kedua zat kimia tersebut mengandung risiko keamanan dan kesehatan yang tidak kecil. Kebocoran gas klorin akan berdampak sangat menakutkan bagi manusia dan lingkungan. Dampaknya yang sangat mengerikan bahkan membuat gas klorin kerap dijadikan sebagai senjata kimia yang penggunaannya diawasi secara ketat.

Begitu pun penggunaan kaporit. Meski tidak separah dampak yang ditimbulkan gas klorin, penggunaan kaporit yang tidak sesuai prosedur sangat membahayakan kesehatan para operator di lapangan. Terlebih kebanyakan PDAM di tanah air belum menjalankan standard operating procedure (SOP) dalam hal pemakaian bahan kimia berbahaya. Bahkan tak sedikit para operator PDAM yang sehari-hari bekerja dengan bahan kimia berbahaya tidak memiliki kompetensi di bidang tersebut.

Karena itu, kehadiran Teknologi Electrochlorination System (ES) adalah kabar gembira bagi para operator. “Operator gembira karena dengan menggunakan teknologi ini mereka tidak punya risiko terhadap kesehatan mereka. Hasil produk kita yakni sodium hypochlorite (NaOCl), itu seperti larutan pencuci baju yang tidak berbahaya,” jelas Teddy Gatot, Direktur PT Glory Citra Muda Perkasa, principal untuk wilayah Indonesia.

Dikatakan, keuntungan menggunakan NaOCl yang paling utama adalah keselamatan (safety) baik dari sisi pengiriman, operasi dan penyimpanan. Di samping itu, kandungan residual chlorine yang stabil dan dosis sekunder, serta pembunuh mikroorganisme yang efektif. “Konsentrasi kita sudah sangat rendah 0,5 hingga 0,7 persen tergantung dari kualitas garam. Produk kita tidak ada limbah. Paling cuma gas hidrogen yang dengan teknologi ini–setelah ditipiskan secara otomatis–langsung bisa dirilis ke udara. Pengoperasiannya juga sangat mudah,” beber Teddy. AZ

 

Para operator PDAM Tirtanadi yang bertugas di IPA Hamparan Perak mendapat pembekalan dari teknisi dan expert teknologi “Electrochlorination System”. Pengoperasian teknologi ini diklaim tidak terlalu rumit alias mudah dioperasikan.

 

MAM, Edisi Oktober 2014